Naskah Khutbah Jum’at terbaru Bahaya Sakit Rohani dan Obatnya
Oleh : KH. Husen Kambayang
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadhirat Allah SWT. Yang dengan limpahan Rahmat KaruniaNya, kita masih tetap sehat wal ‘afiat, dapat bekerja mencari kebutuhan, berbuat meningkatkan taraf hidup, beramal mencari keredha’an, menuju hari esok yang pasti, terutama hari pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.
Shalawat dan Taslim yang penuh berkah semoga dilimpahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. Serta para sahabat, keluarga dan ahli warisnya sekalian.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah!
Sakit dan penyakit adalah sesuatu yang tidak pernah disukai orang. Sakit dan penyakit memang menyakiti orang. Itulah sebabnya untuk menghindari sakit, banyak orang yang mau bersakit-sakit dan untuk menghindari derita semua orang mau menderita. Bahkan untuk menghindari sengsara, orang mau hidup sengsara.
Allah yang menciptakan manusia memang tidak ingin hambaNya menderita, karena itu Allah menurunkan aturan, agar hamba terhindar dari sakit dan penyakit. Dalam syari’at Islam, baik itu perintah maupun larangan, sasarannya ialah untuk kesehatan. Larangan berzina, minuman keras, perintah shalat dan puasa, bahkan sampai kepada hal-hal yang kecil, seperti larangan bernapas pada minuman, melumat-lumatkan jarii sesudah makan, semuanya ialah untuk kesehatan.
Karena orang tidak suka kepada derita, maka berapapun harga kesehatan itu, pasti mereka akan terus berupaya, bahkan orang yang melarat sekalipun akan berusaha sampai kepada batas kemampuannya, agar dia dapat membebaskan diri dari sakit dan penyakit.
Namun sangat disayangkan, banyak orang yang tidak perduli dengan penyakit “ruhani”, pada hal penyakit itu lebih berbahaya dari segala penyakit dunia, penyakit yang akan membawa derita panjang diakhirat.
Bahkan lebih disayangkan lagi, banyak mereka yang nyata-nyata sakit, masih berlagak sehat. Nyata-nyata pendurhaka, masih berlagak suci. Orang seperti ini akan sulit diperbaiki, sebab dia sendiri menganggap dirinya suci. Memang sulit mengobati orang yang berpura-pura sehat, sebagaimana sulitnya memperbaiki orang yang kotor berlagak suci. Sampai kapanpun orang seperti ini akan sulit mendapatkan kebaikan, sulit mendapat petunjuk Allah, bahkan bisa jadi Allah telah menutup hati, pendengaran dan penglihatannya, seperti Firman Allah dalam AlQur’an Surat Al-Baqarah 6-7
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu diperingati atau tidak , bagi mereka sama saja, mereka tidak akan percaya. Allah telah menutup hati, pendengaran dan penglihatan mereka dengan tutupan yang rapat sekali dan bagi mereka adzab yang besar”. [Qs. Al-Baqarah: 6-7]
Inilah penyakit ruhani yang di”diagnosa” oleh Allah, penyakit yang kalau tidak segera berobat ancamannya dibakar selama-lamanya. Tapi sayang ancaman Allah ini dianggap sepele oleh kebanyakan orang, bahkan dianggap cerita lama yang lebih patut disampaikan kepada SD dan SMP.
Sungguh suatu gejala penyakit yang semakin parah, gejala iman yang semakin memprihatinkan. Orang tidak takut lagi ancaman Allah, orang bahkan lebih takut menghadapi resiko hidup dari pada mengahadapi resiko dosa dengan ancaman neraka. Orang lebih takut penyakit dunia yang di “diagnosa” oleh dokter dengan ancaman menderita seumur hidup, diamputasi, dan sebagainya.
Tapi kalau Allah mengatakan awas barang haram, jangan mencuri, berbohong. Awas ada kekufuran, ada kemunafikan ada kesyirikan dan sebagainya, orang hanya biasa-biasa saja, mereka acu tak acu dengan larangan Allah, pada hal ancamannya dibakar dalam api Jahannam.
Berbahaya….! Iman kita sedang mengalami krisis berat, ruhani kita sedang menderita parah. Kita sudah tidak takut lagi dengan ancaman Penguasa alam, kita tidak lagi takut dengan nerakanya Allah SWT.
Segeralah mencari obat sebelum penyakit bertambah parah, segera mencari Allah sebelum ajal tiba, segeralah bertaubat sebelum napas ditenggorokan, segeralah shalat sebelum dishalatkan. Cepatlah masuk kerumah Allah untuk di “ofname” agar tidak bertambah parah.
Ofname Allah tidak membutuhkan uang sedikitpun. Disana Allah menunggu hamba-hambaNya untuk diobati, dirumahNya atau dimasjid, Allah telah siapkan obat yang paling ampuh untuk mengobati penyakit ruhani.
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah, sedang mereka menela’a, mempelajari dan saling mengajarkan tentang isi dan kandungan Al-Qur’an melainkan bagi mereka diturunkan ketenangan, dicucuri rahmat, dilingkari oleh para Malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah dikalangan para Malaikat yang ada disisiNya”. [ HR. Muslim]
Inilah majelis yang paling mulia, majelis yang dibangga-banggakan Allah ditengah-tengah Malaikat yang ada disisiNya. Majelis yang dicucuri rahmat Allah, majelis yang memberikan ketenangan batin. Majelis yang dapat menyembuhkan penyakit rohani, penyakit gelisah, takut menghadapi resiko hidup, penyakit ragu-ragu akan kekuasaan Allah dan lain sebagainya.
Tapi sayang.., majelis ini telah hampir hilang dipermukaan bumi ini, karena tidak ada lagi peminatnya. Kini telah lebih banyak majelis-majelis yang membicarakan dunia, ekonomi, bisnis dan sebagainya.
Majelis maksiat lebih banyak peminatnya, majelis membicarakan politik dan ke’aiban orang. Bahkan yang sangat disayangkan, ada orang yang menganggap bahwa majelis ini hanya akan memperluas pengangguran, mempersempit lapangan kerja, memperluas kemiskinan, menyeret orang kepada kebangkrutan ummat dan sebagainya.
Ini bukan hanya pernyataan sesat, melainkan pernyataan yang membingungkan ummat. Pernyataan ini disamping bertentangan dengan Nabi, juga bertentangan dengan kenyataan atau fakta, sebab pada kenyataannya bahwa “setelah ratusan tahun ummat Islam meninggalkan amalan masjid”, maka sejak itulah pengangguran bermunculan satu demi satu.
Kehancuran mulai nampak sedikit demi sedikit, dari tahun ketahun semakin bertambah dan akhirnya hari ini puluhan juta ummat Islam kehilangan lapangan kerja, puluhan juta ummat Islam menjadi penganggur, karena mereka menganggap kerja agama adalah kerja pengangguran dan kerja dunia adalah kerja yang benar, maka tunggulah kehancuran dan kebangkrutan ummat yang sebenarnya.
Kemakmuran bukan diukur dari banyaknya lapangan kerja, melainkan diukur dari ketha’atan manusia kepada Allah, sekalipun bukan berarti kita harus “rame-rame” meninggalkan kerja. Bekerja adalah bagian dari usaha, tapi itu bukan inti kemakmuran. Itu hanya sebab dan sumber dari segala sebab adalah Allah SWT.
Sumber ketenangan yang hakiki adalah dari ketenangan jiwa, dan ketenangan jiwa bersumber dari ketha’atan kepada Allah, sedang ketha’atan berawal dari masjid. Kalau masjid tidak lagi dikunjungi, kalau istana Allah tidak lagi didatangi, jangan mimpi untuk bisa menemukan kemakmuran.
Kalau rumah pejabat lebih banyak pengunjung, kalau istana negara lebih banyak yang antri, jangan harap kita akan bisa mendapatkan kemakmuran.
Hari ini akibat manusia telah lebih mengandalkan otaknya dari pada imannya, mengandalkan kerja dari tha’atnya, maka mereka bisa saja berhasil besar tapi menimbulkan masalah besar.
Buktinya, dimana-mana pengang-guran, dimana-mana kehancuran, penyelewengan dan sebagainya.
Banyak manusia dizaman kini yang mengaku beriman tapi tidak dibuktikan dengan amal shaleh, banyak orang yang percaya balasan hari akhirat tapi tidak segera berbuat. Allah SWT. Berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Banyak diantar manusia berkata : “Kami beriman kepada Allah dan hari akhirat, pada hal mereka tidak beriman”. [QS. Al-Baqrah: 8]
Pernyataan mereka langsung dibantah oleh Allah, karena mereka tidak dapat membuktikannya dengan amal shaleh dan itu pasti Allah lebih tahu. Maka selanjutnya Allah menyatakan:
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, pada hal mereka tidak menipu, melainkan menipu diri sendiri, tetapi mereka tidak sadar”. [QS. Al-Baqrah: 9]
Kata-kata menipu Allah bukan hanya tidak pantas dilakukan, melainkan tidak ada dalam kamus kehidupan, tapi ini pernyataan Allah atas orang-orang yang lidahnya bertolak belakang dengan hatinya. ”Menipu Allah”…. sekali lagi, ini bukan hanya tidak pantas. Pasti dibalik itu ada bahaya besar dan inilah bahayanya yang Allah nyatakan dalam ayat selanjutnya. :
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Didalam hati mereka ada penyakit, maka Allah tambah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih akibat kebohongan yang mereka lakukan”. [QS. Al-Baqrah: 10]
Penyakit mereka adalah penyakit hati, tidak yakin kepada Allah. Maka Allah tambah penyakitnya, hati mereka terus diliputi ketakutan dan kecemasan sepanjang hidup. Semua penyakit itu sudah pasti berdampak besar bagi kehidupan di masyarakat kita sehingga terjadi gejolak sosial yang semakin memprihatinkan.
Kriminalitas semakin meningkat, pertikaian antar sesama dan begitu banyak lagi gejolak sosial lainnya yang semakin tidak terkendali.
Ini adalah akibat ”menipu Allah” diatas. Manusia mencoba-coba melakukan hal yang tidak pantas terhadap Penguasa Alam semesta, maka resikonya adalah kehancuran besar-besaran.
Bukankah dizaman ini dihampir semua sektor bohong telah menjadi bumbu percakapan harian?
Bahkan banyak orang yang telah dengan berani membohongi Allah. Mengatakan beriman dimulut, tapi tidak dibuktikan dengan amal shaleh. Kalau sampai Allah sudah berani dibohongi, apalagi manusia.
Akibatnya, kehancuran besar-besaran melanda ummat ini. Hampir semua orang tidak lagi dipercaya dan kemelut hidup terus bertambah. Uang banyak, tapi permasalahan pun makin banyak, orang pintar semakin banyak, tapi masalah pun bertambah banyak.
Negara hukum tapi pelanggaran hukum semakin meningkat, rumah sakit dan dokter ahli semakin banyak dan pengobatan semakin canggih, tapi orang sakit semakin sulit disembuhkan.?
Ini semua musibah besar dan inilah penyakit yang ditambah oleh Allah diatas.?. Kita salah tidak mengaku salah, bahkan menuduh orang lain salah. Kita pengkhianat, tapi berpura-pura sebagai penegak keadilan. Kita berlaku zhalim tapi bergaya sebagai pahlawan.
Kita pembohong besar tapi berselimut kejujuran, maka Allah beri kita hukuman berkepanjangan, dan kalau kita tidak mau kembali, pasti akan terhukum selamanya dunia akhirat.
Sungguh.., kalau kita tidak segera mengaku salah dihadapan Allah. Kalau kita masih mengatakan yang benar itu salah dan yang salah itu benar. Kalau kita tidak melaksanakan “amar ma’ruf nahi mungkar”, maka pasti kita akan terhukum selamanya. Didunia kita sakit menghadapi berbagai persoalan, diakhirat kita sakit dalam penderitaan yang tiada berkesudahan.
Marilah kita segera berobat dengan obat taubat kepada Allah. Mari kita segera masuk “ofname” dengan cara menghidupkan majelis pikir dan dzikir dimasjid, mari kita galakkan majelis ilmu dan belajar, majelis bicara tentang kebesaran Allah. Mari kita terus menyuarakan “amar ma’ruf dan nahi mungkar” agar ummat ini berangsur-angsur dapat kembali tha’at kepada Allah SWT.
Mari kita berusaha terus untuk dekat dengan Allah, agar persoalan demi persoalan ummat akan diselesaikan oleh Allah. Mudah-mudahan Allah memberikan kita ampunan dan kekuatan untuk menyelesaikan segala kemelut hidup ini dengan kembali tha’at kepadaNya. Amin Yaa Rabbal ‘alamin.