Khutbah Jumat Singkat tentang Mensyukuri Nikmat Allah
Oleh: KH. Husen Kambayang
Syukur Alhamdulillah, mari kita nyatakan dari lubuk hati kita yang paling dalam, sebagaipertanda bahwa kita sadar akan ni’mat Allah yang tiada batas, rahmat dan pemberianNya yang tiada terhingga. Dia memberikan kita kesehatan dan kekuatan, kekayaan dan sebagainya tanpa memilih yang tha’at maupun durhaka, yang syukur maupun yang kufur.
Sungguh…, kita tidak akan dapat menghitung ni’mat Allah satu persatunya, karena di”seanteru” alam ini ada ni’mat Allah. Disetiap butiran pasir dipantai, disetiap daun, pohon dan buah-buahan, disetiap jenis tumbuhan dan binatang, didarat maupun dilaut. Disetiap tetesan air hujan, embun, danau dan air sungai. Disetiap pancaran sinar mentari dan kedipan bintang diangkasa. Disetiap hembusan angin laut dan pegunungan. Disetiap detak jantung pernapasan dan disetiap detik waktu berjalan, disana pasti ada ni’mat karunia Allah yang tiada batas.
Sungguh benarlah apa yang dinyatakan Allah SWT. dalam Surat Ibrahim ayat 34:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
“Jika kamu hendak menghitung nikmat Allah, pasti kamu tidak dapat menghitungnya”. (QS. Ibrahim: 34)
Ini pernyataan Allah, agar kita sadar bahwa, sekalipun seluruh hidup ini digunakan untuk bersyukur, pasti ni’mat Allah tidak akan terbayar, karena syukur itu sendiri adalah ni’mat yang tiada terhingga. Kita juga akan sadar bahwa, kalau tidak bersyukur saja sudah dianggap tercela, apalagi kalau menentang Allah.
Maka untuk itulah, mari kita perhatikan 4 pertanyaan Allah dari sekian banyak pertanyaan yang menyangkut dengan 4 pemberian dari sekian banyak pemberian Allah SWT. Pertanyaan ini sebenarnya bukan didunia ini, melainkan pertanyaan akhirat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” [HR at-Tirmidzi (no. 2417), ad-Daarimi (no. 537), dan Abu Ya’la (no. 7434), dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam “as-Shahiihah” (no. 946) karena banyak jalurnya yang saling menguatkan.].
Pertama: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ “Tentang umurnya kemana dia habiskan”
Menghabiskan umur sama dengan menghabiskan waktu. Orang materialis mengatakan waktu adalah uang, waktu digunakan untuk mencari uang. Karena itu tidak perlu heran kalau mereka tergila-gila dengan uang.
Tidak perduli sakit atau sengsara, siang maupun malam, uang yang selalu menjadi sasaran, bahkan kadang kala sudah diambang maut sekalipun, uang masih dalam pikiran.
Islam tidak mengatakan demikian, namun orang Islam kebanyakan telah terjebak kepada uang. Siang malam pikir uang, susah sengsara karena uang, haram halal tidak diperdulikan.
Agama tidak melarang orang untuk mencari uang dengan cara yang halal, namun bukan banyaknya yang menjadi tujuan. Buat apa banyak uang pada hal hati tidak pernah tentram.
Bagi orang Islam, uang harus dijadikan alat untuk mencapai tujuan utama, yaitu selamat dunia akhirat. Sebab, buat apa berjaya dunia pada hal melarat akhirat. Buat apa berhasil 70 tahun pada hal gagal selamanya.?
Kalau untuk dunia 70 tahun orang tidak mau menderita, kalau untuk dunia sementara orang tidak mau sengsara, kalau untuk dunia yang akan fana orang mau “mati-matian, mau habis-habisan, dan mau berjuang sampai tetes darah yang terakhir.
Kenapa untuk hidup abadi sesudah mati orang tidak mau mati-matian?
Karena itu tidak ada jalan yang lebih selamat, kecuali kita harus menyelamatkan diri dari ma’siat. Kita harus manfa’atkan umur ini sebaik-baiknya, sebab umur adalah satu-satunya modal yang tidak pernah dijual belikan. Maka berjaga-jagalah sebelum ajal tiba, siapkan bekal sebelum berangkat.
Jangan terlambat, sebab waktu berangkat tidak pernah diberi tahu. Siapkan Taqwa, karena itulah bekal yang paling tepat dalam menempu perjalanan akhirat.
Pujangga Islam berkata :
تَزَوَّدْ مِنَ التَّقْوَى فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِي*** إِذَا جَنَّ لَيْلٌ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ
Berbekallah ketakwaan karena sesungguhnya engkau tidak tahu… Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari
وَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ *** وَكَمْ مِنْ عَلِيْلٍ عَاشَ حِيْناً مِنَ الدَّهْرِ
Betapa banyak orang yang sehat kemudian meninggal tanpa didahului sakit… Dan betapa banyak orang yang sakit yang masih bisa hidup beberapa lama
فَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا *** وَقَدْ نُسِجَتْ أَكْفَانُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِِي
Betapa banyak pemuda yang tertawa di pagi dan petang hari … Padahal kafan mereka sedang ditenun dalam keadaan mereka tidak sadar
وَكَمْ مِنْ صِغَارٍ يُرْتَجَى طُوْلُ عُمْرِهِمْ *** وَقَدْ أُدْخِلَتْ أَجْسَامُهُمْ ظُلْمَةَ الْقَبْرِ
Betapa banyak anak-anak yang diharapkan panjang umur… Padahal tubuh mereka telah dimasukkan dalam kegelapan kuburan
وَكَمْ مِنْ عَرُوْسٍ زَيَّنُوْهَا لِزَوْجِهَا *** وَقَدْ قُبِضَتْ أَرْوَاحُهُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
Betapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki… Padahal ruh mereka telah dicabut tatkala di malam lailatul qodar
Orang yang akan mati besok, kain kafannya bukan saja sudah ditenun, melainkan sudah siap ditoko terdekat. Mati adalah hak yang pasti akan menjumpai setiap orang yang bernyawa. Mati adalah pintu yang tidak pernah tertutup untuk semua orang. Mati adalah program Allah bagi setiap insan. Jadwal kematian adalah keputusan Allah yang tidak bisa diganggu gugat.
Kedua: وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ “Tentang ilmunya, apa yang dia lakukan”
Dengan ilmu orang menjadi pintar, dengan kepandaian, orang menjadi ahli. Dengan keahlian, orang mendapatkan fungsi dan dengan fungsi, orang bisa berbuat banyak dan banyak pula pertanggung jawab-annya.
Dengan pertanggung jawaban dunia, orang boleh mencari nama, tapi untuk pertanggung jawaban akhirat, orang harus memperbaiki nama
Ahli fiqhi menurunkan hukum, ahli hukum meratakan keadilan, agar tidak terjadi penyelewengan.
Semua orang pasti menghendaki keadilan, namun sangat disayangkan masih banyak orang yang menyelewengkan keadilan, sehingga kemakmuran masih berantakan.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah!
Ketiga: وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ “Tentang harta dari mana didapat dan kemana digunakan”
“Dari dan kemana, itulah pertanyaan untuk harta, dua pertanyaan sekaligus. Ini memberi isyarat bahwa yang satu ini, sangat ketat aturan mainnya. Jika harta didapat dari yang benar dan digunakan kepada yang salah, maka hasilnya sama dengan “salah”.
Bila didapat dari yang salah dan digunakan kepada yang benar, hasilnya juga masih tetap “salah”. Apalagi kalau hasilnya dari yang salah dan digunakan kepada yang salah, pasti hasilnya sama dengan “salah berganda”.
Memperoleh harta dengan jalan yang salah, pasti akan menimbulkan “serba salah”. Pemiliknya akan tidak pernah merasa aman dalam hidupnya. Apapun alasannya, harta yang tidak benar akan mempengaruhi jiwa seseorang, sebagai bagian dari hukuman atau peringatan Allah. Apalagi kalau harta yang tidak benar digunakan kepada yang salah, pasti akan lebih banyak salahnya.
Banyak orang yang memiliki harta, dihantui bermacam-macam ketakutan dan kecemasan, Takut hilang…, takut dirampok, dan yang paling menghantui dirinya adalah kematian. Dia tidak bisa mengidap sedikit penyakit, cepat-cepat dia mencari dokter, berapapun harganya, dia tidak perduli.
Dia takut jangan-jangan penyakit inilah yang akan membawa kepada kematiannya. Dia lupa bahwa mati itu, bukan mencari orang yang sakit, melainkan mencari orang yang telah dijadwalkan oleh Allah SWT.
Siapapun dia kalau sudah terjadwal mati hari ini, pasti Malikil Maut akan menjemputnya. Dia tidak sadar bahwa harta dan dirinya adalah milik Allah. Kapan Allah mau mengambilnya, tidak ada yang bisa menghalanginya.
Terlalu banyak kejadian yang diperagakan Allah dibumi ini. Banyak orang yang sehat, tanpa penyakit ia mati. Banyak harta yang binasa ditelan banjir dan dimakan api, banyak lahan pertanian yang diserang hama dan penyakit, banyak kecelakaan yang merenggut nyawa dan diri, banyak musibah yang menelan korban dan sebagainya.
Semua itu adalah cara Allah mengambil kembali harta yang disalah gunakan dan merenggut nyawa yang sudah tidak berguna lagi.
Keempat: وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ “Tentang jasadnya kemana dia gunakan”
Jasad adalah kumpulan anggota badan yang terdiri dari bermacam-macam tugas. Dikordinir oleh otak dan disponsori oleh hati. Otak merencanakan, hati menentukan sikap, anggota melaksanakan tugas. Tangan bergerak sesuai rencana otak, lidah berbelit sesuai keinginan hati.
Datang pertanggung jawaban, semua pasti terlibat. Tangan mencuri, badan masuk penjara, lidah menggunjing, jasad dalam neraka dan begitu seterusnya. Karena itu, otak sebagai kordinator, berkewajiban mengawasi anggota, agar sama-sama tidak menderita. Bila perlu setiap saat hati selalu mengadakan kontrol, ditanya apa yang perlu. Sudah berapa hasil tangan selama ini. Berapa keuntungan dunia yang dihitung, berapa amalan akhirat yang dibuat.
Berapa kesalahan orang yang dituding. Berapa kesalahan sendiri yang disadari. Berapa kewajiban yang dilalaikan, berapa dosa yang dilakukan. Berapa kali minta ampun kepada Tuhan dan begitu seterusnya.
Dihari pemeriksaan itu, kita akan diperiksa satu demi satu. Semua manusia, semua pembesar, semua raja dan semua pemimpin, tidak ada satupun yang luput dari pemeriksaan.
Disana semua para jaksa akan dituntut, semua para hakim akan diadili, semua kesalahan akan terbuka, semua pengkhianatan akan dibalas, semua penyelewengan akan dituntut.
Semua mereka yang telah menerima sogok, semua mereka yang telah menyelewengkan keadilan, semua mereka yang telah mengetuk palu diatas meja kezhaliman, akan bertekuk lutut ketakutan yang amat dahsyat dihadapan Allah SWT.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah!
Hidup ini hanya sekali dan hidup yang sekali ini menentukan nasib kita yang abadi. Kalau kita masih tidak perduli dengan Allah, kalau kita masih terlena dengan tipuan dunia, kalau kita masih mengikuti hawa nafsu angkara murka, kalau kita tidak fungsikan tahta dan tidak manfa’atkan harta, maka kita juga yang akan menderita.
Marilah kita isi hidup ini dengan amal yang akan menyelamatkan kita dunia akhirat. Semoga Allah SWT. memberi kita kekuatan untuk mengamalkan perintah dan menjauhi laranganNya. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin………