Materi Khutbah Jum’at Singkat Kehidupan Dunia Hanyalah Permainan dan Sandiwara (KH. Husen Kambayang)
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadhirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan yang telah memberikan kita bermacam-macam ni’mat, tanpa memilih yang tha’at atau durhaka, yang syukur maupun yang kufur.
Semuanya diberi kekuatan, kesehatan dan berbagai ni’mat lainnya, sehingga dapat bekerja, berbuat dan berusaha mencari kebutuhan dan keperluan hidup. Shalawat dan Taslim kita persembahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. serta para sahabat, keluarga dan ahli warisnya sekalian.
Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, seirama dengan perputaran bumi yang tidak pernah berhenti sedetikpun. Setiap pagi matahari terbit disebelah Timur tidak pernah terlambat, seirama dengan umur manusia yang terus bertambah. Mereka yang datang dan pergi silih berganti, seirama dengan pergantian siang dan malam yang tidak pernah berhenti.
Pertukaran hari dan minggu, bahkkan bulan dan tahun, hampir tidak lagi terasa, karena kesibukan manusia yang semakin padat, sehingga banyak orang yang tidak lagi menyadari bahwa umurnya semakin bertambah dan semakin tua, sangat mendesak untuk segera mempersiapkan bekal yang akan dibawa pulang dalam menempu perjalanan panjang diakhirat.
“Umur” adalah pemberian yang banyak dilalaikan orang. “Umur” adalah salah satu modal yang tak ternilai harganya, bahkan tidak dapat dibeli dengan kekayaan berapapun. “Umur” adalah kumpulan denyutan jantung yang dimulai dari detik kemenit, jam kehari, minggu kebulan dan akhirnya tahun.
Jantung bekerja tidak pernah mengenal lelah. Diwaktu sehat maupun sakit, dia tidak pernah istrahat. Bahkan disaat jantung itu dalam keadaan “koma” sekalipun, dia masih tetap bekerja dengan setia. Kalau dia sudah tidak mampu bekerja, kalau dia sudah berhenti, kalau dia sudah tidak lagi berfungsi, itulah kematian setiap diri.
Disaat itu orang baru sadar, bahwa sesungguhnya umur ini teramat berharga dalam upaya memperbaiki iman dan amal shaleh. Disaat itu barulah orang menyesal, kenapa selama ini umurnya tidak dia manfa’atkan untuk kebaikan.?
Kebanyakan orang nanti umur hampir berakhir, disaat itu baru mereka ingin menebus kesalahan, ingin berbuat baik sebanyak-banyaknya, ingin meminta ampun dari segala dosa dan meminta ma’af dari berbagai kesalahan.
Disaat masih hidup, dia tidak perduli dengan dosa. Disaat masih bernapas dia gengsi meminta ma’af. Disaat masih sehat dia tidak mau berbuat. Nanti setelah datang saatnya ruh akan berpisah dengan jasad, baru dia ingin bertobat.
Menyesali perbuatannya selama ini. Mengapa kesempatan hidup ini dia sia-siakan. Kenapa dia hanya menghabiskan umurnya kepada kepentingan dunia semata. Banyak orang nanti setelah hidupnya hampir berakhir, baru mereka sadar, bahwa tujuan hidup ini tidak lain hanyalah tempat singgah sementara untuk menyempurnakan iman dan amal
shaleh, sebagai bekal yang akan dibawa pulang menghadap Allah SWT. Penyesalan demi penyesalan datang silih berganti. Semuanya telah berlalu, segalanya telah berakhir. Umur tidak bisa lagi ditebus dengan seluruh harta benda yang ada didunia ini. Dengarkanlah penyesalan orang mati yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an S. Al-Munafiquun 10.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Wahai Tuhanku, andaikata Kau tangguhkan ajalku walaupun sesaat, pasti aku akan bersedekah dan akan berusaha menjadi orang-orang shaleh”. (QS. Al-Munafiquun: 10)
Sayang penyesalan ini datang terlambat, penyesalan ini nanti sesudah mati, sesudah jasad tidak lagi berfungsi.
Alangkah menyesalnya hidup 70 tahun yang sudah diperjuangkan dengan tetesan darah dan keringat, berakhir begitu cepat.
Alangkah menyesalnya semua harta yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, tidak satupun yang bisa dibawa mati.
Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Apakah arti hidup ini sesungguhnya, sehingga banyak orang yang tergila-gila mengejarnya.? Bahkan banyak mereka yang lupa daratan.? Sesungguhnya hidup ini pada dasarnya hanyalah perputaran kegiatan yang hampir tidak berbeda.
Hidup adalah pergantian aktifitas yang rutin dilaksanakan. Hidup juga bisa disebut dengan kumpulan kegiatan dari bermain, bekerja, berdiri, duduk, berjalan, istrahat dan sebagainya. Hidup juga sama dengan kegiatan berdagang, bertani, berusaha mencari kebutuhan.
Hidup sama dengan kumpulan dari kegiatan makan minum, pergi pulang, susah senang, senyum dan tangis silih berganti. Hidup, bahkan lebih tepat kalau disebut dengan “masa menunggu pergantian siang dan malam sampai datangnya ajal”.
Hari berganti minggu, bulan berganti tahun, kegiatan manusia hanya dari “itu” ke “itu” juga. Bangun pagi minum teh, menuju pekerjaan pulang makan, istrahat sebentar tidak lama kemudian matahari terbenam.
Berputar beberapa kali diwaktu malam, dari meja makan, kemeja hiburan, dari bersenda gurau sampai kepermainan, tiba-tiba mengantuk kemudian tidur, maka tamatlah riwayat hidup sehari semalam dalam kesia-siaan.
Besok pagi bangun seperti kemarin dan kegiatanpun hampir sama dengan kemarin. Itulah hidup yang membuat orang lupa daratan, membuat orang saling menipu, saling menjatuhkan dan saling menghancurkan. Urusan dunia, makan minum, rumah tangga, perhiasan dan sebagainya, membuat orang saling bermusuhan dan bahkan saling membunuh.
Banyak orang yang jadi biadab, banyak orang yang jadi brutal, hanya untuk mencari semua itu. Entah ni’mat yang bagaimana lagi yang dikejar manusia. Entah kesenangan model apa lagi yang dikejar orang, sehingga mereka tergila-gila, menjadi orang gila dunia.
Mereka lupa bahwa mengejar kesenangan dunia yang akan binasa itu, sama dengan orang gila terselubung.
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sandiwara”. 9QS. Muhammad: 36)
Allah menyebutkan hidup ini sama dengan permainan, karena dari hari kehari, kesibukan manusia hanyalah berputar-putar dari satu kegiatan kepada kegiatan lainnya yang hampir tidak berbeda. Allah menyebutkan juga hidup ini sama dengan sandiwara, karena semua yang dicari manusia hanya untuk sementara.
Orang kaya dalam hidup ini sama dengan orang kaya dalam sandiwara. Selesai sandiwara, maka berakhirlah cerita, yang kaya kembali biasa, yang budakpun demikian. Selesai hidup tamatlah semua riwayat.
Yang kaya raya, yang memiliki jabatan, yang berpangkat tinggi, yang dipertuan agung, yang dikawal dengan segala kebesaran, semuanya kembali keasal menjadi bangkai, kemudian membusuk dan akhirnya menyatu dengan tanah.
Semua kekayaan, pangkat dan jabatan serta semua yang diusahakan dengan tetesan darah dan pengorbanan, berpindah pada orang lain. Jabatan dicabut, pangkat dicopot, semuanya kembali keasal.
Kalau kita tidak menghitung umur, kalau kita tidak menghitung perbuatan, kalau kita tidak menghitung kesalahan, kalau kita tidak menghitung diri sendiri dalam segala bentuk kesalahan, maka kita juga yang akan menyesal dihari pembalasan.
“Hitunglah dirimu sebelum diperhitungkan dihari pembalasan”. Wahai orang yang tidak ingin menyesal dalam penyesalan panjang diakhirat…! Wahai orang yang umurnya telah mencapai setengah abad..! Berapa tahun lagi umur yang akan kau gunakan untuk mengejar dunia..?
Berapa lama lagi kau ingin meni’mati kesenangan dunia..? Berapa tenagamu yang telah terkuras habis untuk duniamu..? Berapa amal yang sudah kau siapkan untuk kepentinganmu yang abadi diakhirat..?
Alangkah ruginya hidup ini, kalau kita datang hanya untuk mengurus makan minum, mengganti pakaian dan perhiasan, membanting tulang hanya untuk sesuatu yang akan binasa. Alangkah menyesalnya nanti, kalau sesudah mati kita tidak membawa apa-apa.
Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Kalau kita tidak segera memeriksa diri. Kalau kita tidak segera mengakui kesalahan sendiri. Kalau kita tidak mau korban dijalan Allah, pasti kita akan menyesal diakhirat nanti, dalam penyesalan yang tidak pernah berakhir. Penyesalan disatu persidangan yang Maha Adil dan dalam satu pemeriksaan yang amat teliti.
Itulah hari Mahsyar yang amat dahsyat, hari perhitungan yang pasti, hari duka cita dan penyesalan, hari bangkitnya semua manusia. hari itu semua orang akan menghadap Allah satu demi satu. Akan ditanya semua amalan secara terperinci, kalimat demi kalimat. Akan diteliti setiap sen dari harta dan setiap detik dari umur.
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَٰنِ وَفْدًا
“Hari dimana orang-orang yang bertaqwa akan dihantar menghadap Allah dengan kenderaan, dan orang-orang yang durhaka, akan digiring ke Neraka Jahannam berbondongbondong”. (QS. Maryam: 85)
Hari itu sangat menakutkan dan memilukan. Tidak ada orang yang bisa menolong, tidak ada orang yang bisa membantu, masing-masing orang berjuang sendiri-sendiri. Anak mencari jalan seorang diri, ibu menahan pedih tiada henti, ayah menderita sakit tiada berhenti. Semua orang dalam kebingungan tiada henti.
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
“Hari dimana seseorang lari dari saudaranya, lari dari ibu dan ayahnya, lari dari istri dan anaknya”. (QS. Abasa: 34-36)
Hari itu semua orang meraung-raung kesakitan. Semua orang berseru meminta belas kasihan. Semua orang berteriak mencari perlindungan.
Semua orang merngharapkan kasing sayang. Yang sakit tidak ada yang perduli. Yang haus tidak ada yang memberi. Yang lapar menahan pedih sendiri. Yang menderita tiada yang belas kasih. Yang merana tiada yang perduli. Semua orang bergelimang dalam ketakutan dan kesengsaraan yang amat mengerikan.
Mari kita persiapkan diri ini menghadapi hari yang pasti itu, kita segera bertaubat, kita segera beramal, kita segera kembali kepada Allah SWT. Mudah-mudahan Allah SWT. memberikan kita kekuatan dalam mempersiapkan diri ini menuju hari pembalasan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin……….!