Tongkrongan Islami – Di dalam masyarakat kita banyak yang mempertanyakan apakah adzan dan iqamah harus dilakukan oleh orang yang sama? atau bolehkah dilakukan oleh orang yang berbeda? mana yang lebih utama?
Atas dasar pertanyaan tersebut, di bawah ini kami kutipkan beberapa hadis yang berhubungan dengan permasalah di atas.
عن زياد بن الحارث الصدائي قال قال رسول الله صلى الله عليه وآله و سلم يا اخا صداء اذّن فأذنت و ذالك حين اضاء الفجر قال فلما توضأ رسول الله صلى الله عليه وآله و سلم قام الى صلاة فاراد بلال ان يقيم فقال رسول الله صلى الله عليه وآله و سلم يقيم اخو صداء فانّ من اذن فهو يقيم
Ziyad bin al-Harits ash-Shuda’iy berkata: Rasulullah saw. Bersabda ”Hai saudaraku Shuda adzanlah!” ia berkata ”lalu aku adzan” ketika fajar sudah bersinar ia berkata: kemudian tatkala Rasulullah saw. berwudlu kemudian berdiri hendak shalat tiba-tiba Bilal berkehendak iqamat lalu Rasululla saw. Bersabda ”Hendaklah saudaraku Shada yang iqamat karena siapa yang adzan dialah yang iqamat.” diriwayatkan oleh imam lima kecuali Nasa’i sedangkan lafadz hadis ini bagi Imam Ahmad.
Dari hadis di atas jelas bahwa adzan dan iqamat dilakukan oleh satu orang namun para ahli ilmu sepakat bahwa jika yang iqamat bukan dia yang adzan boleh saja, berpegang pada hadis Abdullah bin Zaid
عن عبدالله بن زيد أنه اري الأذان قال فجئت الى النبي صلى الله عليه وآله و سلم فاخبرته فقال القه على بلال فالقيته فاذّن فاراد ان يقيم فقلت يا رسول الله انا رايت اريد ان اقيم قال فاقم انت فاقم هو و اذن بلال
Sesungguhnya Abdullah bin Zaid bermimpi adzan. Ia berkata:” lalu aku pergi ke tempat Nabi saw. untuk menceritakan hal itu. Kemudian Nabi saw bersabda “Sampaikanlah hal itu kepada Bilal” lalu aku sampaikan kepadanya. Kemudian Bilal adzan. Kemudian ketika ia hendak iqamat aku berkata “Ya Rasulullah aku mimpi hendak iqamat” lalu Nabi saw. manjawab ”kalau begitu qamatlah.!” kemudian Abdullah iqamat sedang Bilal adzan. (HR. Ahmad).
Namun mereka berbeda pandangan mengenai mana yang lebih utama, sebagian besar mengatakan tidak ada bedanya. Berpegang pada riwayat Ziyad bin al-Harits Ashadai lebih utama karena hadis Abdullah bin Zaid terjadi pada permulaan disyari’atkanya adzan sedang hadis Ziyad bin Al Harits terjadi sesudahnya.