adzan

Tongkrongan Islami – Adzan menjadi penanda masuknya waktu shalat, bisa dikatakan adzan yang telah dikumandangkan merupakan ajakan untuk mengakhiri segala rutinitas dan bersegera menyambut panggilan tersebut.

Adzan memiliki ketentuan mutlak yang telah diajarkan di dalam Islam, baik bacaan adzan, tata cara menjawab adzan, maupun waktu ditunaikannya. Bahasan di bawah ini, secara khusus untuk menerankan pertanyaan “kapan sebaiknya adzan dikumandangkan”.

Dikumandangkan setelah masuk (awal) waktu shalat

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ قَوْمِي فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً وَكَانَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا رَأَى شَوْقَنَا إِلَى أَهَالِينَا قَالَ ارْجِعُوا فَكُونُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَصَلُّوا فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

Dari Malik bin Al Huwairits sesungguhnya Nabi saw. Bersabda “ Apabila waktu shalat telah tiba maka hendaklah salah seorang diantara kamu adzan untuk kalian dan hendaknya yang tertua diantara kamu menjadi imam” diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim hadis ini juga terdapat dalam Himpunan Putusan Majelis Tarjih hal.120 hadist ke1, kitab Nailul authar bab adzan dan Sunan Abu Daud hadis ke 592.

Para Ulama sepakat untuk adzan Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’ harus dikumandangkan setelah masuk waktu shalat dan tidak shah adzan adzan yng dikumandangkan sebelum masuk waktu shalat. Sementara untuk adzan Shubuh ada perbedaan pandangan antara empat madzhab:

Madzhab Syafi’i : “Untuk shalat Shubuh disunahkan ada dua adzan pertama saat tengah malam dan yang kedua setelah terbit fajar.”

Madzhab Hanbali : “Adzan Shubuh dihukumi boleh sejak tengah malam tanpa harus mengulang adzan ketika waktu shubuh tiba kecuali bulan Ramadhan.”

Madzhab Maliki : “Dimandhubkan adzan Shubuh pada seperenam akhir dari malam untuk membangunkan orang yang masih tidur, kemudian diulangi setelah masuk waktu Shubuh untuk mengikuti sunah Rasulullah saw.”

Madzhab Hanafi : “Adzan yang dilaksanakan sebelum waktu shubuh juga tidak sah, menurut pandangan yang shahih hukumnya haram. Adapun hadist yang menjelaskan adzan Shubuh sebelum waktunya kami fahami sebagai membaca tasbih untuk membangunkan orang yang tidur.” (Al-fiqhu alal-madzhabil arba’ah, abdurrahman al-Jaziri, bab Adzan).

Adzan sebelum fajar.

عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ بِلَالًا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ

Aisyah meriwayatkan dari Nabi saw. bahwasanya Bilal beradzan lalu orang-orang makan dan minum (waktu Sahur) sampai Ummi Muktum beradzan

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Adzan bab al-adzan qoblalfajri hadist ke 589.

Adzan dalam perjalanan/safar.

Boleh adzan dan iqamat untuk shalat dalam safar dan boleh iqamat saja tanpa adzan berdasar hadis yang bersumber dari Hisyam bin Urwah dalam Muwatha Imam Malik hadis ke 145 bab An-nida’u fii safari wa’alaa ghairi wudhu’in

و حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ أَنَّ أَبَاهُ قَالَ لَهُ إِذَا كُنْتَ فِي سَفَرٍ فَإِنْ شِئْتَ أَنْ تُؤَذِّنَ وَتُقِيمَ فَعَلْتَ وَإِنْ شِئْتَ فَأَقِمْ وَلَا تُؤَذِّنْ قَالَ يَحْيَى سَمِعْت قَوْله يَقُولُ لَا بَأْسَ أَنْ يُؤَذِّنَ الرَّجُلُ وَهُوَ رَاكِبٌ

Bersumber dari Hisyam bin Urwah bahwa ayahnya pernah berkata kepadanya: “Apabila engkau dalam perjalanan, engkau boleh beradzan dan sekaligus iqamat. Dan boleh juga hanya iqamat tanpa adzan” Yahya berkata: Aku pernah mendengar Malik berkata “Tidak apa – apa seseorang beradzan sambil menunggang kendaraanya”

Adzan di tempat sepi/ untuk sendiri.

Disyari’atkan adzan meskipun tidak ada penghuni di tempat tersebut dan hanya ada satu orang (sendiri) terdapat dalam Sunan Tirmidzi dalam Kutubuttis’ah hadis ke 660

عن مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ أَنَّ أَبَا عُشَّانَةَ الْمَعَافِرِيَّ حَدَّثَهُ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ فِي رَأْسِ شَظِيَّةِ الْجَبَلِ يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ وَيُصَلِّي فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ يَخَافُ مِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ

Dari Uqbah bin Amir berkata “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda bahwa Rabbmu kagum kepada penggembala kambing di puncak bukit yang adzan kemudian ia shalat, Allah swt. berfirman “Lihatlah hambaku, dia adzan lalu shalat dia takut pada-Ku sungguh Aku mengampuninya dan memasukanya ke dalam syurga”

Juga hadis yang bersumber dari Abdurrahman dalam Muwatha Imam Malik bab Maa ja’a fii nida’isshalah hadis ke 138. dan Shahih Bukhari Kutubuttis’ah kitab Adzan hadis ke574.

عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ الْأَنْصَارِيِّ ثُمَّ الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ قَالَ لَهُ إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ بَادِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلَاةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Sha’sha’ah al-Anshari Al Mazini dari ayahnya menceritakan bahwa Abu Sa’id Al khudri pernah berkata kepadanya: “Aku lihat kamu suka kepada kambing dan gurun. Apabila engkau berada di antara kambing dan gurunmu, lalu engkau beradzan untuk shalat maka keraskanlah suaramu karena disepanjang suara Mu’adzin dapat didengar jin, manusia atau apapun yang mendengarnya pasti akan menjadi saksinya kelak di hari kiamat” Abu Sa’id menambahkan “ Aku mendengarnya dari Rasulullah saw.”

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *